Uang Adalah Masalah Hati: Cara Sehat Mengelola Emosi dan Keuangan Menurut Psikiater

Table of Contents

Uang Adalah Masalah Hati: Cara Sehat Mengelola Emosi dan Keuangan Menurut Psikiater

Uang dan Emosi - Dr. Jiemi Ardian
Uang sering dianggap masalah logika, tapi benarkah begitu? Dalam podcast bersama psikiater Dr. Jiemi Ardian, kita diajak menyadari bahwa keputusan finansial seringkali dikendalikan oleh emosi, bukan angka.

Kenapa Orang Cerdas Bisa Ketipu Investasi Bodong?

Dr. Jiemi menjelaskan bahwa meski seseorang cerdas secara intelektual, emosi tetap memainkan peran besar. Banyak yang tahu cara investasi yang benar, tapi tetap terjebak karena ketakutan, keserakahan, atau trauma masa lalu. “Manusia bukan makhluk rasional, tapi emosional.” Saat emosi mengambil alih, otak logis (neokorteks) mati sejenak. Kita buru-buru mengambil keputusan tanpa sadar. Ini alasan kenapa banyak yang tergoda dengan janji “cepat kaya tanpa risiko.”

Lapisan Emosi Dalam Otak dan Perilaku Finansial

Dr. Jiemi membagi otak menjadi tiga lapisan:
  1. Insting – bereaksi cepat (takut, lapar, marah)
  2. Emosi – berkembang saat remaja
  3. Rasional – berkembang penuh saat usia 20-an
Banyak keputusan keuangan kita diambil oleh lapisan pertama dan kedua. Itulah mengapa belajar mengenali emosi sebelum mengambil keputusan sangat penting.

Alarm Emosi Sebelum Mengambil Keputusan:

  • Jantung berdebar kencang
  • Nafas pendek atau cepat
  • Perut terasa mual atau tegang
Jika muncul gejala ini saat kamu mau transfer uang, investasi, atau belanja besar-besaran—pause dulu.

Trauma Masa Lalu dan Pengaruhnya ke Pola Belanja

Dr. Jiemi menyebut banyak kliennya yang boros atau takut uang karena pengalaman masa kecil: - Anak dari keluarga miskin: takut kekurangan → menimbun uang, sulit menikmati - Anak dari orangtua impulsif: meniru kebiasaan boros - Anak sandwich generation: menanggung beban orangtua, lalu “balas dendam” lewat belanja
"Kadang perilaku impulsif adalah bentuk perlawanan yang tidak disadari."

Bagaimana Cara Menyembuhkan Hubungan yang Tidak Sehat dengan Uang?

1. Latih Kesadaran Emosi

Berhenti sejenak sebelum mengambil keputusan. Rasakan tubuhmu. Emosi apa yang muncul? Takut, marah, malu, atau haus validasi?

2. Jangan Biarkan Trauma Mengontrol Masa Depan

Kalau kamu trauma karena pernah ditipu, bukan berarti semua investasi buruk. Pilih produk yang aman dan transparan. Mulai dari kecil, yang penting konsisten.

3. Pahami Value System dalam Keluarga

- Apakah kamu diajarkan bahwa uang itu kotor? - Apakah kamu dibesarkan dalam lingkungan serba kekurangan? - Apakah kamu dibentuk untuk selalu memberi walau diri sendiri kesulitan? Kenali. Terima. Ubah jika perlu.

Investasi Bukan Sekadar Cuan, Tapi Proses Pemulihan

Dr. Jiemi menyebut investasi bukan hanya alat melawan inflasi, tapi juga alat pemulihan trauma finansial jika dilakukan dengan sadar. Ia menyarankan: - Pilih produk investasi yang membuatmu merasa aman, bukan cemas. - Jangan investasi untuk “pamer”, tapi untuk ketenangan masa depan. - Gunakan aplikasi terpercaya yang transparan dan edukatif.

Kutipan Penting

"Uang itu netral. Hanya kertas bergambar. Tapi manusia memberinya makna." – Dr. Jiemi Ardian

Langkah Praktis Mengelola Emosi & Uang

  • Sadari emosi sebelum transfer/investasi
  • Buat akun khusus untuk kebutuhan emosional (travel, hadiah, hobi)
  • Jangan pakai uang sebagai pelarian
  • Belajar tentang produk investasi perlahan, mulai dari reksadana pasar uang
  • Jangan bandingkan kondisi keuanganmu dengan orang lain

Kesimpulan

Uang bukan cuma soal angka. Ia menyentuh bagian terdalam dari jiwa kita—trauma, keinginan, ketakutan, dan harapan. Dengan memahami emosi di balik setiap keputusan finansial, kita bisa membangun masa depan yang bukan cuma kaya harta, tapi juga damai batin. Kalau kamu merasa artikel ini menggugahmu, bagikan ke teman-temanmu yang mungkin juga sedang berjuang dengan “luka keuangan”.

Label:

Finance

Referensi:

Lunch #94: Dr. Jiemi Ardian — *Money Is The Matter of The Heart* Channel: Fellexandro Ruby https://www.youtube.com/watch?v=Jafw2cJyFIM

Post a Comment